“ Menjemput Impian “
PENULIS
: MASHRUHAN
Pagi
itu Danu di dalam kamarnya yang tampak berantakan dan tidak rapi tampak
bermalas-malasan di tempat tidurnya. Jam weker yang berada di atas meja belajrnya
telah menunjukkan pukul delapan pagi. Ia malah tampak menguap saja berkali-kali
tanpa menghiraukan matahari yang telah menjulang tinggi.
“Dan…bangun,
bangun, bangun, sampai di panggil berkali-kali oleh ibunya, Danu tetap saja
tidak bangun. Akhirnya Danu!” teriak Bu Fatimah membangunkan Danu.
Akan
tetapi Danu tetap saja teguh dengan pendiriannya untuk tetap menikmati tidurnya
bagaikan menikmati surga di alam bawah sadarnya. Pada saat itu ia merasa telah
menjadi seorang raja yang kaya raya dan mempunyai banyak permaisuri yang
senantiasa dikawal oleh pengawal yang kekar badannya yang selalu siap menjaga
kapan pun dan di mana pun ia pergi. Sesaat ia tengah jalan-jalan dengan salah
satu permaisurinya yang begitu mempesona.
“Duh,
sungguh nikmat serta beruntunglah akau mendapatkan seorang permaisuri yang
begitu cantik dan mempesona.” Begitulah kata-kata Danu dalam hatinya.
Di
tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba hujan menguyur mereka berdua sehingga basah
kuyup. Mendadak sang permaisuri marah kepadanya tanpa sebab. Karena tak kuat
dengan rasa dingin dan marahnya dari permaisuri, Danu pun mulai perlahan-lahan
membuka matanya. Saat terbagun ia sudah basah kuyup seluruh tubuhnya. Ternyata
Bu Fatimah telah menyiram Danu dengan seember air sambil marah-marah.
“Aduh,
Bu’….Ibu ini gimana tho? Kok Danu disiram air, kan dingin Bu.”
“Oalah,
le, le, dasar anak nggak tahu diri! Sekarang ini sudah jam berapa?”
“Baru
aja jam setengah Sembilan, kan masih pagi Bu…” wong nanti masuk kuliahnya jam
setengah sepuluh.”
“Jam
setengah Sembilan kamu bilang masih pagi? Dasar bocah malas! Mau jadi guru
macam apa , kalu bangunnya siang terus, bisa-bisa berengkat ngajr para muridmu
telat. Ayo cepat bangun, terus siap-siap untuk berangkat kuliah biar nanti
nggak telat.”
Keluarga
Danu memang tergolong keluarga yang standard dalam kekayaannya. Bu Fatimah
merupakan seorang Guru di Sekolah Dasar, Pak Budi Guru di SMP di kecamatannya,
untuk kakanya yang bernama Sulasmi sekarang sudah selesai kuliah S1 nya, dan
mengajar di sebuah SMA di daerah kabupaten, sedangkan untuk Danu sendiri masih
kuliah pada tingkat akhir dan setahun lagi dia lulus dari perkuliahanya.
Benar-benar keluarga yang guru sejati.
Sewaktu
sampai di kampus, ternyata Dosen yang mengampu mata kuliah hari itu tidak hadir
karena sakit, dan digantikan oleh dosen lain. Dosen yang mengantikan adalah
Prof. Suranto, beliau merupakan Guru besar di fakultas yang diambil oleh Danu.
Tetapi pada saat itu Prof. Suranto tidak memberikan materi, tetapi beliau
bercerita yang bertujuan untuk memotivasi saya dan teman-teman.
Danu
tampak berpikir sejenak tentang cerita yang disampaikan oleh Prof. Suranto.
Satu jem kemudian perkuliahan telah selesai, sebelum menutup perkuliahan
tersebut ada kalimat yang diucapkan oleh Prof. Suranto. ” Semoga kalian sukses”
dengan serempak semunya menjawab “Amiiiiiiin”.
Sesampainya
di rumah pun Danu masih saja terus memikirkan tentang cerita yang disampaikan
tadi oleh Prof. Suranto. Hari itu ia malamun sampai larut malam sejak pulang
dari kuliah tadi siang. Bu Fatimah menjadi heran dengan melihat tingkah laku
Danu yang tidak biasanya itu.
“Ada
apa tho le? Dari tadi ibu lihat kamu kok melamun terus? Apa ada masalah? Kalau
ada masalah bicara sama ibu, barangkali Ibu bisa bantu.”
“Nggak
ada masalah kok , Bu. Danu Cuma berpikir aja, bagaiman caranya Danu bisa
seperti orang yang diceritakan oleh Prof. Suranto tadi pas kuliah. Cerita
tersebut menceritakan bahwa ada orang yang sukses menjadi guru yang telah
diimpikannya, padahal tadinya orang itu malas saat kuliahnya. Orang tersebut
menjadi rajin karena sebelum ibunya meninggal beliau menginginkan anaknya sukse
kelak.”
“Gitu
Bu ceritanya”. Mendengar cerita itu Ibunya malah senyum-senyum sendiri.
“Ibu
ini gimana tho, katanya bisa bantu? Kok malah senyum-senyum sendiri? Apa Ibu nggak
ingin anaknya berubah nggak jadi malas lagi?. Bukannya mengejek le, tapi bener
apa yang diceritakan oleh Profmu itu ada benarnya.
“Bukannya
kamu memimpikan ingin menjadi guru yang sukse?” ia Bu, saya ingin menjadi Guru
yang sukses, Jawab Danu. Makanya ubahlah kebiasaanmu saat ini yang tadinya
malas menjadi rajin, dan mulai sekarang jemput impianmu menjadi guru yang
sukses dan tidak malas.”
Pagi
ini rasanya tidak seperti biasanya. Entah angin apa yang membawa Danu hingga
pagi-pagi sekali Danu sudah bangun dari tempat tidurnya. Pukul tujuh ia sudah
siap-siap untuk berangkat kuliah, sambil duduk-duduk ia membayangkan ia menjadi
guru yang sukses seperti yang selalu ia bayangkan.
“lo,
le kok malah duduk-duduk aja? Sana berangkat kuliah, bukanya kamu ingin berubah
dan menjemput impianmu menjadi guru yang sukses?”
“Oke,
Bu! Danu siap berangkat dan menjemput impian Danu.” Tapi Bu, sebelumnya uang
saku dulu, he,he,he…..
0 komentar:
Posting Komentar