Rabu, 10 September 2014

Makalah: Ulumul Qur'an

SEJARAH  TURUN DAN PENULISAN AL-QUR’AN



 

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Muh. Aji Nugraha Lc, M.Pdi
Disusun oleh:
Luthfi Fathoni                       : 123 111 242
Kusnul Chotimah                  : 123 111 224
Lana kurniawan                   : 123 111 231
Lestari                                    : 123 111 235
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar belakang
Telah kita ketahui bahwa al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesama. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna, diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap ini kita bisa melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan . sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat Islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan prilakunya, membentuk kepribadiaan dan menyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh kokoh di atas pilar-pilar yang kokoh dan menghasilkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia dengan izin Tuhannya.
Di saat-saat Rasul masih hidup Al-Qur’an belum dikumpulkan di dalam Mushaf (buku yang berjilid). Adapun cara penulisan Al-Qur’an yaitu menulis pada pelepah-pelepah kurma, kepingan batu, kulit/daun kayu, tulang binatang dan sebagainya.
Tujuan pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Abu Bakar  adalah mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu mushaf agar jangan sampai ada ayat atau kalimat yang hilang. Sedang tujuan pembukuan Al-Qur’an pada masa Utsman  adalah menyatukan kaum muslimin pada satu macam Mushaf yang seragam tulisan dan ejaannya, penyeragaman sistem bacaan dan tertib susunan surat-suratnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.           PENGERTIAN AL-QUR’AN
Al-qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu maqru = yang dibaca.menurut istilah ahli agama (‘urf syara’) ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang ditulis dalam mashhaf.[1]
Al-Qur’an sumber utama ajaran islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan alam sekitarnya.[2]
Demikian secara panjang lebar dijelaskan pengartian Al-Qur’an. Pengertian Al-Qur’an tertsebut diturunkan kebada Nabi, tertulis di dalam mushaf-mushaf, diriwayatkan dengan mutawatir dan membacanya adalah ibadah. Inilah keistimewaan-keistimewaan agung yang membedakan Al-Qur’an dari kitab-kitab samawiyah yang lain.
a.              Cara wahyu Allah Turun kepada Malaikat
1.             Dalam Al-Qur’an Al-Karim terdapat nash mengenai kalam Allah kepada malaikat-Nya: “Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat; sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman.” (Al-Anfal: 12).
2.             Jelas bahwa Al-Qur’an telah dituliskan di lauhil mahfuzh, berdasarkan firman Allah, “Bahkan ia adalah Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di lauhul mahfuzh.” (Al-Buruj: 21-22).
Oleh sebab itu, mengenai turunnya wahyu Allah yang berupa Al-Qur’an kepada malaikat Jibrilsecara pendengaran dari Allah dengan lafadznya yang khusus.
b.             Cara Penurunan Wahyu Kepada Para Rasul
Allah menurunkan wahyu kepada para Rasul-Nya dengan dua cara. Ada yang melalui perantara dan ada yang tidak melalui perantara.
1.             Melalui Jibril, malaikat pembawa wahyu.
2.             Mimpi yang benar didalam tidur. Aisyah Radhiyallahu Anha berkata, “sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi pada Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar di dalam tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya pagi hari”.
c.              Penyampaian Wahyu Oleh Malaikat Kepada Rasul
Keadaan malaikat Jibril menampakkan diri seperti seoarang laki-laki itu tidaklah mengharuskan ia melepas sifat keruhaniannya. Dan tidak pula berarti bahwa zatnya telah berubah menjadi seorang laki-laki. Tetapi yang dimaksudkan ialah bahwa dia menampakkan diri dalam bentuk manusia. Yang pasti, keadaan pertama tatkala wahyu turun seperti lonceng yang dahsyat tidak membuatnya tenang, karena yang demikian menuntut ketinggian spritual Rasulullah yang seimbang dengan tingkat keruhanian malaikat, dan inilah yang paling berat. kata
B.            PROSES TURUNNYA Al-QUR’AN
Allah mnenurunkan Al-Qur’an kepada Rasul kita Muhammad saw untuk membimbing manusia. Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Al-Qur’an itu diturunkan sedikit demi sedikit, bberangsur-angsur, bukan sekaligus semuanya. Memang sudah diperoleh kenyataan dari pemeriksaan yang lengkap, bahwa Al-qur’an itu diturunkan menurut keperluan lima ayat, sepuluh ayat, kadang-kadang lebih dan kadang-kadang diturunkan hanya setengah ayat. Ayat-ayat yang sepuluh ayat sekali turunnya ialah ayat-ayat yang menerangkan kisah tuduhan terhadap aisyah dalam surat An-Nur dan ayat-ayat yang dipermulaan surat Al-Mu’minin.
Diantara ayat yang setengah saja, diturunkan ialah firman allah swt:”yang selain orang yang mempunyai kemelaratan (halangan).” (QS.An-Nisa’:95).[3]
Tentang ayat-ayat  yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Menurut pendapat yang terkuat  ialah ayat permulaan Surat Al-‘alaq. Ayat-ayat tersebut diturunkan ketika  rasulullah SAW berada di gua Hira’, yaitu sebuah gua di jabal Nur. Ini terjadi pada malam senin, tanggal 17 ramadhan tahun ke-41 dari usia Rasulullah 13 tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan juli tahun 610 M. Malam turunnya Al-Qur’an  pertama kali itu disebut “ Lailatul-Qadr”  atau “Lailatul Mubarakah”, yaitu suatu malam kemuliaan dan penuh keberkahan.[4] Ayat-ayat yang mula-mula diturunkan memanglah lima ayat permulaan  surat Al-Alaq. Kemudian, ketika Nabi telah berada dirumahnya Nabi pun memceritakan kepada istrinya khadijah ketika kembali dari Gua Hira’, kemudian beliau diselimuti oleh Khadijah karena merasa badannya menggigil.
C.            HIKMAH DIWAHYUKANNYA AL-QUR’AN BERANGSUR-ANGSUR
1.             Hikmah pertama; meneguhkan hati Rasulullah SAW
Wahyu turun kepada Rasulullah dari waktu kewaktu sehingga dapat meneguhkan hatinya terhadap[ kebenaran dan memperkokoh azamnya untuk tetap melangkahkan kaki di jalan dakwahnya tanpa ambil peduli akan perlakuan jahil yang ia hadapinya dari masyarakatnya sendiri.
2.             Hikmah kedua; Tantangan dan Mu’jizat
Orang-orang musyrik senantiasa dalam kesesatan. Mereka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang, untuk menguji kenabian Rasulullah, mengajukan hal-hal yang batil dan tidak masuk akal, seperti menanyakan tentang hari kiamat.
3.             Hikmah Ketiga; Memudahkan Hafalan dan Pemahamannya
Al-Qur’an turun di tengah-tengah orang yang ummi ,yang tidak pandai membaca dan menulis. Yang menjadi catatan mereka adalah hafalan dan daya ingatnya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara penulisan dan pembukaan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya.[5]
4.             Hikmah keempat; Relevan dengan Peristiwa, dan Pentahapan Dalam Penetapan Hukum
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama, setiap kali terjadi suatu peristiwa di tengah-tengah mereka, maka turunlah hukum mengenai peristiwa itu yang memberikan kejelasan statusnya, membimbing mereka, dan meletrakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi mereka, sesuai dengan situasi dan kondisinya.
5.             Hikmah kelima; Tanpa diragukan Al-Qur’an diturunkan disisi yang Bijaksana dan Maha Terpuji
Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur kepada rasulullah dalam waktu lebih dari dua puluh tahun ini , ayat-ayat yang turun dalam waktu yang tertentu, orang-oarang membacanya dan mengkajinya surat demi surat. Ketika itu mereka mendapati rangkaiannya yang tersusun cermat sekanli dengan makna yang saling bertaut, ayat demi ayat, surat demi surat yang saling terjalin bagaikan ontaian mutiara yang indah yang belum pernah ada bandingannya dalam perkataan manusia.[6]
Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap ini kita bisa melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan. sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat Islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan prilakunya, membentuk kepribadiaan dan menyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh kokoh di atas pilar-pilar yang kokoh dan menghasilkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia dengan izin Tuhannya.
D.            PENULISAN AL-QUR’AN DIMASA NABI
Tulisan-tulisan Al-Qur’an pada masa nabi tidak terkumpul dalam satu Mushaf. Biasanya yang ada di tangan seorang sahabat misalnya, belum tentu dimiliki oleh yang lain. Menurut para Ulama, di antara sahabat yang menghafal seluruh isi Al-Qur’an, ketika Rasulullah masih hidup adalah; Ali bin Abi Talib, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Mas’ud. Mereka juga menyebut-nyebut Zaid bin Tsabit adalah orang yang terakhir kali membacakan Al-Qur’an dihadapan Nabi.[7]
Di saat-saat Rasul masih hidup Al-Qur’an belum dikumpulkan di dalam Mushaf (buku yang berjilid). Adapun cara penulisan Al-Qur’an yaitu menulis pada pelepah-pelepah kurma, kepingan batu, kulit/daun kayu, tulang binatang dan sebagainya.
E.            PENULISAN AL-QUR’AN DIMASA KHULAFAUR RASYIDIN
1.             Penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar
Pengumpulan AL-Qur’an oleh Abu Bakar dikarenakan ketakutan Abu bakar jika Al-Quran tidak bisa terkumpul dikarenakan pasukan-pasukan islam yang terdiri dari para penghafal Al-Qur’an mati ketika peperangan.
Dalam penyalinan kembali Al-qur’an, Abu Bakar menetapkan pedoman sebagai berikut:
a.             Penulisan berdasarkan kepada sumber tulisan Al-Qur’an yang pernah di tulis pada masa rasul yang tersimpan di kedeiaman Rasul SAW.
b.             Penulisan berdasarkan kepada sumber hafalan para sahabat penghafal Al-Qur’an.
Hal ini menunjukkan ketelitian beliau dalam menuliskan Al-Qur’an sehingga ia tidak menerima ayat yang akan dituliskannyasehingga disaksikan oleh dua orang saksi.[8]
Kita sudah mengetahui bahwa Al-Qur’an sudah tercatat sebelum masa itu,yaitu pada masa nabi, tetapi masih berserakan pada kulit-kulit, tulang dan pelepah kurma. Dengan demikian, Abu Bakar adalah orang yang pertama mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf.
2.             Pengumpulan Al-qur’an Pada Masa Usman
 Sebagian bacaan itu bercampur dengan ketidak fasihan, masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya. Melihat kenyataan demikian ini, Hudzaifah segera menghadap Ustman dan melaporkan  kepadanya apa yang telah dilihatnya. Ustman juga berpendapat demikian bahwa sebagian perbedaan itu terjadi pada orang-orang yang mengajarkan Qiro’at kepada anak-anak. Ustman kemudian mengirim utusan kepada Hafshah (untuk meminjamkan mushaf Abu bakar yang ada padanya), dan Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya. Kemudian Ustman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari, Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam (tiga orang Qurasy). Lalu ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraisy itu, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraisy.[9]
Dengan uraian di atas kita ketahui bahwa tujuan pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Abu Bakar  adalah mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu mushaf agar jangan sampai ada ayat atau kalimat yang hilang. Sedang tujuan pembukuan Al-Qur’an pada masa Utsman  adalah menyatukan kaum muslimin pada satu macam Mushaf yang seragam tulisan dan ejaannya, penyeragaman sistem bacaan dan tertib susunan surat-suratnya.
3.             Perbedaan Mushaf Abu Bakar dan Ustman:
Pengumpulan Al-Qur’an pada massa Abu Bakar adalah memindahkan semua tulisan atau catatan Al-Qur’an yang semula bertebaran di kulit-kulit binatang, tulang belulang,pelepah kurma, dan sebagainya, kemudian dikumpulkan dalam satu mushaf. Tulisan-tulisan tersebut dikumpulkan denga  n ayat-ayat dan surat-suratnya yang tersusun serta terbatas pada bacaan yang tidak di mansukh dan mencakup ketujuh huruf sebagaimana ketika Al-Qur’an itu diturunkan.
Pengumpulan Al-Qur’an pada massa Ustman adalah menyalinnya salam satu huruf diantara ketujuh huruf itu, untuk mempersatukan kaum muslimin dalam satu mushaf dan satu huruf yang mereka baca tanpa enam huruf lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.           KESIMPULAN
Al-qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu maqru = yang dibaca.menurut istilah ahli agama (‘urf syara’) ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang ditulis dalam mashhaf. Al-qur’an umumnya berkisar pada masalah ayat yang diturunkan pertama kali dan ayat yang terakhir, yaitu kapan dan di mana turunnya, dan ayat-ayat apa yang diturunkan pada masing2 peristiwa itu. . sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat Islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan prilakunya, membentuk kepribadiaan dan menyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh kokoh di atas pilar-pilar yang kokoh dan menghasilkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia dengan izin Tuhannya. Dengan uraian di atas kita ketahui bahwa tujuan pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Abu Bakar  adalah mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu mushaf agar jangan sampai ada ayat atau kalimat yang hilang. Sedang tujuan pembukuan Al-Qur’an pada masa Utsman  adalah menyatukan kaum muslimin pada satu macam Mushaf yang seragam tulisan dan ejaannya, penyeragaman sistem bacaan dan tertib susunan surat-suratnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syadali, Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an 1. Bandung : CV Pustaka Setia, 1997
Muhammad, Teungku. 2012. Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra
Husin Al-Munawar, Said Agil. 2005. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat : PT. Ciputat Press
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. 2011. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur : Pustaka Al-Kausar
PERTANYAAN :
1.             Lutfi Risma Hanni:
Bentuk penulisan Al-Qur’an pada jaman dulu apakah sudah ad titik atau harokat dan siapa yang mengusulkannya?
Jawab: penulisan jaman dulu itu berbeda- beda tergantung daerahnya,contohnya persia dengan tulisan yang berbeda pula,yang mengusulkan para sahabat massa abu bakar.
2.             Khusnul Khotimah 222:
Dengan cara yang bagaimana para sahabat menghafal Al-Qur’an jaman dulu?
Jawab: dengan cara penyampaian langsung kepada murid dari guru ke murid,karena orang jaman dulu mudah sekali untuk menghafal.
3.             Khamid Baidowi:
Apa keistimewaan Al-Qur’an dengan kitab lain?
Jawab:
a.              Al-Qur’an adalah mukjizat.
b.             Kebenaranya mutlak.
c.              Membacanya dianggap ibadah.
d.             Al-Qur’an ditulis sebelum nabi wafat sedangkan kitab lain di tulis jauh setelah nabi.nya wafat.
e.              Isi dari Al-Qur’an masih terjaga sampai sekarang sedangkan kitab lain sudah ada yang berubah isinya.
4.             Lia Aprilia:
Surat yang diturunkan apa lagi,pada saat diselimuti khadijah?
Jawab: Tidak Ada, yang diturunkan cuman satu yaitu serat Al-Alaq.
5.             Khusnul Hidayanti:
kalimat tersebul itu bersambung apa tidak dengan kalimat yang berikutnya(beliau diselimuti oleh khadijah) dan apa maknanya?
Jawab: Tidak, klimat kalimat tersebut terpotong kerena untuk mempersingkat makalah. Maknanya adalah peristiwa turunya wahyu Al-Alaq.
6.             Khusnul Khotimah 220:
Bagaimana cara turunnya Al-Qur’an?
Jawab: Allah menurunkan Al-Qur’an kepada rosul kita muhammad saw. Turunya Al-Qur’an pertama kali pada lailatul qodr, turunya Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahab. 


[1]  Teungku Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), hal. 1.
[2]  Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, ( Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), hal. 1.tidaklah mengharuskan
[3]  Teungku Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT. Pustaka Riski Putra), hal. 41.
[4]  Ahmad Syadali, Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an 1, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), hal. 31-32.
[5]  Teungku Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), hal. 42-43 .
[6]  Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hal. 134-147.
[7]  Ibid, hal. 157.
[8]  Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kausar, 2011), hal. 161.
[9]  Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kausar, 2011), hal. 163.

0 komentar:

Posting Komentar

 photo tyuuu_zpsc6ef6817.jpeg"/>" /> KPA photo 10169318_1490733947824313_8365615283135808455_n_zps90846386.jpg" /> Ame Mayday photo 20140502_110353_zpscef26929.jpg" /> gpmd photo 1012032_1446233695607672_1066147129_n_zps3f4d6c09.jpg" />  photo nbv_zpsc8429ade.jpg"/>" /> gpmd4 photo 1491_678730012152865_1221172235_n_zps4dfde858.jpg"/>" /> gpmd3 photo 1491_678730012152865_1221172235_n-Salin_zpsf038dc5f.jpg"/>" /> gpmd2 photo 1491_678730012152865_1221172235_n-Salin-Salin_zps3b3d0b92.jpg"/>" />  photo --9-98-89-98-967_zpsb0261f2e.jpeg"/>"/>" />