SEJARAH TURUN DAN PENULISAN
AL-QUR’AN
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Muh. Aji Nugraha Lc, M.Pdi
Disusun oleh:
Luthfi Fathoni :
123 111 242
Kusnul Chotimah :
123 111 224
Lana kurniawan :
123 111 231
Lestari :
123 111 235
FAKULTAS TARBIYAH DAN
BAHASA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI SURAKARTA
2013/2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Telah kita
ketahui bahwa al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman
hidup setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesama.
Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna, diperlukan pemahaman terhadap
kandungan Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap ini kita
bisa melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan
. sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat Islam secara
bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan
prilakunya, membentuk kepribadiaan dan menyempurnakan eksistensinya sehingga
jiwa itu tumbuh kokoh di atas pilar-pilar yang kokoh dan menghasilkan buah yang
baik bagi kebaikan umat manusia dengan izin Tuhannya.
Di saat-saat Rasul masih hidup Al-Qur’an belum
dikumpulkan di dalam Mushaf (buku yang berjilid). Adapun cara penulisan
Al-Qur’an yaitu menulis pada pelepah-pelepah kurma, kepingan batu, kulit/daun
kayu, tulang binatang dan sebagainya.
Tujuan pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Abu Bakar adalah mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu
mushaf agar jangan sampai ada ayat atau kalimat yang hilang. Sedang tujuan
pembukuan Al-Qur’an pada masa Utsman
adalah menyatukan kaum muslimin pada satu macam Mushaf yang seragam
tulisan dan ejaannya, penyeragaman sistem bacaan dan tertib susunan
surat-suratnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN AL-QUR’AN
Al-qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca.
Al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu maqru =
yang dibaca.menurut istilah ahli agama (‘urf syara’) ialah nama bagi kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang ditulis dalam mashhaf.[1]
Al-Qur’an sumber utama ajaran islam dan pedoman hidup bagi
setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia
dengan tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, serta
manusia dengan alam sekitarnya.[2]
Demikian secara
panjang lebar dijelaskan pengartian Al-Qur’an. Pengertian Al-Qur’an tertsebut
diturunkan kebada Nabi, tertulis di dalam mushaf-mushaf, diriwayatkan dengan
mutawatir dan membacanya adalah ibadah. Inilah keistimewaan-keistimewaan agung
yang membedakan Al-Qur’an dari kitab-kitab samawiyah yang lain.
a.
Cara wahyu Allah Turun kepada Malaikat
1.
Dalam Al-Qur’an Al-Karim terdapat nash mengenai kalam
Allah kepada malaikat-Nya: “Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat;
sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang
beriman.” (Al-Anfal: 12).
2.
Jelas bahwa Al-Qur’an telah dituliskan di lauhil mahfuzh,
berdasarkan firman Allah, “Bahkan ia adalah Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan
di lauhul mahfuzh.” (Al-Buruj: 21-22).
Oleh sebab itu, mengenai turunnya wahyu Allah yang berupa
Al-Qur’an kepada malaikat Jibrilsecara pendengaran dari Allah dengan lafadznya
yang khusus.
b.
Cara Penurunan Wahyu Kepada Para Rasul
Allah menurunkan wahyu kepada para Rasul-Nya dengan dua
cara. Ada yang melalui perantara dan ada yang tidak melalui perantara.
1.
Melalui Jibril, malaikat pembawa wahyu.
2.
Mimpi yang benar didalam tidur. Aisyah Radhiyallahu Anha
berkata, “sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi pada Rasulullah SAW adalah
mimpi yang benar di dalam tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi
itu datang bagaikan terangnya pagi hari”.
c.
Penyampaian Wahyu Oleh Malaikat Kepada Rasul
Keadaan malaikat Jibril menampakkan diri seperti seoarang
laki-laki itu tidaklah mengharuskan ia melepas sifat keruhaniannya. Dan tidak
pula berarti bahwa zatnya telah berubah menjadi seorang laki-laki. Tetapi yang
dimaksudkan ialah bahwa dia menampakkan diri dalam bentuk manusia. Yang pasti,
keadaan pertama tatkala wahyu turun seperti lonceng yang dahsyat tidak
membuatnya tenang, karena yang demikian menuntut ketinggian spritual Rasulullah
yang seimbang dengan tingkat keruhanian malaikat, dan inilah yang paling berat.
kata
B.
PROSES TURUNNYA Al-QUR’AN
Allah mnenurunkan Al-Qur’an
kepada Rasul kita Muhammad saw untuk membimbing manusia. Turunnya Al-Qur’an
merupakan peristiwa besar sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni
langit dan bumi. Al-Qur’an itu diturunkan sedikit demi sedikit, bberangsur-angsur,
bukan sekaligus semuanya. Memang sudah diperoleh kenyataan dari pemeriksaan
yang lengkap, bahwa Al-qur’an itu diturunkan menurut keperluan lima ayat,
sepuluh ayat, kadang-kadang lebih dan kadang-kadang diturunkan hanya setengah
ayat. Ayat-ayat yang sepuluh ayat sekali turunnya ialah ayat-ayat yang
menerangkan kisah tuduhan terhadap aisyah dalam surat An-Nur dan ayat-ayat yang
dipermulaan surat Al-Mu’minin.
Diantara ayat yang setengah
saja, diturunkan ialah firman allah swt:”yang selain orang yang mempunyai
kemelaratan (halangan).” (QS.An-Nisa’:95).[3]
Tentang
ayat-ayat yang pertama kali diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW. Menurut pendapat yang terkuat ialah ayat permulaan Surat Al-‘alaq.
Ayat-ayat tersebut diturunkan ketika
rasulullah SAW berada di gua Hira’, yaitu sebuah gua di jabal Nur. Ini
terjadi pada malam senin, tanggal 17 ramadhan tahun ke-41 dari usia Rasulullah
13 tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan juli tahun 610 M. Malam
turunnya Al-Qur’an pertama kali itu
disebut “ Lailatul-Qadr” atau “Lailatul
Mubarakah”, yaitu suatu malam kemuliaan dan penuh keberkahan.[4] Ayat-ayat
yang mula-mula diturunkan memanglah lima ayat permulaan surat Al-Alaq. Kemudian, ketika Nabi telah
berada dirumahnya Nabi pun memceritakan kepada istrinya khadijah ketika kembali
dari Gua Hira’, kemudian beliau diselimuti oleh Khadijah karena merasa badannya
menggigil.
C.
HIKMAH DIWAHYUKANNYA AL-QUR’AN
BERANGSUR-ANGSUR
1.
Hikmah pertama; meneguhkan hati
Rasulullah SAW
Wahyu turun kepada Rasulullah
dari waktu kewaktu sehingga dapat meneguhkan hatinya terhadap[ kebenaran dan
memperkokoh azamnya untuk tetap melangkahkan kaki di jalan dakwahnya tanpa
ambil peduli akan perlakuan jahil yang ia hadapinya dari masyarakatnya sendiri.
2.
Hikmah kedua; Tantangan dan Mu’jizat
Orang-orang musyrik senantiasa dalam kesesatan. Mereka
sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang,
untuk menguji kenabian Rasulullah, mengajukan hal-hal yang batil dan tidak
masuk akal, seperti menanyakan tentang hari kiamat.
3.
Hikmah Ketiga; Memudahkan Hafalan dan Pemahamannya
Al-Qur’an turun di tengah-tengah orang yang ummi ,yang
tidak pandai membaca dan menulis. Yang menjadi catatan mereka adalah hafalan
dan daya ingatnya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara penulisan
dan pembukaan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya.[5]
4.
Hikmah keempat; Relevan dengan Peristiwa, dan Pentahapan
Dalam Penetapan Hukum
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada
agama, setiap kali terjadi suatu peristiwa di tengah-tengah mereka, maka
turunlah hukum mengenai peristiwa itu yang memberikan kejelasan statusnya,
membimbing mereka, dan meletrakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi mereka,
sesuai dengan situasi dan kondisinya.
5.
Hikmah kelima; Tanpa diragukan Al-Qur’an diturunkan
disisi yang Bijaksana dan Maha Terpuji
Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur kepada
rasulullah dalam waktu lebih dari dua puluh tahun ini , ayat-ayat yang turun
dalam waktu yang tertentu, orang-oarang membacanya dan mengkajinya surat demi
surat. Ketika itu mereka mendapati rangkaiannya yang tersusun cermat sekanli
dengan makna yang saling bertaut, ayat demi ayat, surat demi surat yang saling
terjalin bagaikan ontaian mutiara yang indah yang belum pernah ada bandingannya
dalam perkataan manusia.[6]
Dalam hikmah
turunnya Al-Qur’an secara bertahap ini kita bisa melihat adanya suatu metode
yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan. sebab turunnya Al-Qur’an itu
telah meningkatkan pendidikan umat Islam secara bertahap dan bersifat alami
untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan prilakunya, membentuk kepribadiaan
dan menyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh kokoh di atas pilar-pilar
yang kokoh dan menghasilkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia dengan
izin Tuhannya.
D.
PENULISAN AL-QUR’AN DIMASA NABI
Tulisan-tulisan Al-Qur’an pada masa nabi tidak terkumpul
dalam satu Mushaf. Biasanya yang ada di tangan seorang sahabat misalnya, belum
tentu dimiliki oleh yang lain. Menurut para Ulama, di antara sahabat yang
menghafal seluruh isi Al-Qur’an, ketika Rasulullah masih hidup adalah; Ali bin
Abi Talib, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin
Mas’ud. Mereka juga menyebut-nyebut Zaid bin Tsabit adalah orang yang terakhir
kali membacakan Al-Qur’an dihadapan Nabi.[7]
Di saat-saat Rasul
masih hidup Al-Qur’an belum dikumpulkan di dalam Mushaf (buku yang berjilid).
Adapun cara penulisan Al-Qur’an yaitu menulis pada pelepah-pelepah kurma,
kepingan batu, kulit/daun kayu, tulang binatang dan sebagainya.
E.
PENULISAN AL-QUR’AN DIMASA
KHULAFAUR RASYIDIN
1.
Penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar
Pengumpulan AL-Qur’an oleh Abu Bakar dikarenakan
ketakutan Abu bakar jika Al-Quran tidak bisa terkumpul dikarenakan
pasukan-pasukan islam yang terdiri dari para penghafal Al-Qur’an mati ketika
peperangan.
Dalam penyalinan kembali Al-qur’an, Abu Bakar menetapkan
pedoman sebagai berikut:
a.
Penulisan berdasarkan kepada sumber tulisan Al-Qur’an
yang pernah di tulis pada masa rasul yang tersimpan di kedeiaman Rasul SAW.
b.
Penulisan berdasarkan kepada sumber hafalan para sahabat
penghafal Al-Qur’an.
Hal ini menunjukkan ketelitian beliau dalam menuliskan
Al-Qur’an sehingga ia tidak menerima ayat yang akan dituliskannyasehingga
disaksikan oleh dua orang saksi.[8]
Kita sudah
mengetahui bahwa Al-Qur’an sudah tercatat sebelum masa itu,yaitu pada masa
nabi, tetapi masih berserakan pada kulit-kulit, tulang dan pelepah kurma.
Dengan demikian, Abu Bakar adalah orang yang pertama mengumpulkan Al-Qur’an
dalam satu mushaf.
2.
Pengumpulan Al-qur’an Pada Masa Usman
Sebagian bacaan
itu bercampur dengan ketidak fasihan, masing-masing mempertahankan dan
berpegang pada bacaannya. Melihat kenyataan demikian ini, Hudzaifah segera
menghadap Ustman dan melaporkan kepadanya
apa yang telah dilihatnya. Ustman juga berpendapat demikian bahwa sebagian
perbedaan itu terjadi pada orang-orang yang mengajarkan Qiro’at kepada
anak-anak. Ustman kemudian mengirim utusan kepada Hafshah (untuk meminjamkan
mushaf Abu bakar yang ada padanya), dan Hafshah pun mengirimkan
lembaran-lembaran itu kepadanya. Kemudian Ustman memanggil Zaid bin Tsabit
Al-Anshari, Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin
Al-Harits bin Hisyam (tiga orang Qurasy). Lalu ia memerintahkan mereka agar
menyalin dan memperbanyak mushaf, jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga
orang Quraisy itu, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraisy.[9]
Dengan uraian di atas kita ketahui bahwa tujuan pengumpulan
Al-Qur’an pada zaman Abu Bakar adalah
mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu mushaf agar jangan sampai ada ayat atau
kalimat yang hilang. Sedang tujuan pembukuan Al-Qur’an pada masa Utsman adalah menyatukan kaum muslimin pada satu
macam Mushaf yang seragam tulisan dan ejaannya, penyeragaman sistem bacaan dan
tertib susunan surat-suratnya.
3.
Perbedaan Mushaf Abu Bakar dan Ustman:
Pengumpulan Al-Qur’an pada massa Abu Bakar adalah
memindahkan semua tulisan atau catatan Al-Qur’an yang semula bertebaran di kulit-kulit
binatang, tulang belulang,pelepah kurma, dan sebagainya, kemudian dikumpulkan
dalam satu mushaf. Tulisan-tulisan tersebut dikumpulkan denga n ayat-ayat dan surat-suratnya yang tersusun
serta terbatas pada bacaan yang tidak di mansukh dan mencakup ketujuh huruf
sebagaimana ketika Al-Qur’an itu diturunkan.
Pengumpulan Al-Qur’an pada massa Ustman adalah
menyalinnya salam satu huruf diantara ketujuh huruf itu, untuk mempersatukan
kaum muslimin dalam satu mushaf dan satu huruf yang mereka baca tanpa enam
huruf lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Al-qur’an menurut
bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan
dengan arti isim maf’ul yaitu maqru = yang dibaca.menurut istilah ahli agama
(‘urf syara’) ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw, yang ditulis dalam mashhaf. Al-qur’an umumnya berkisar
pada masalah ayat yang diturunkan pertama kali dan ayat yang terakhir, yaitu
kapan dan di mana turunnya, dan ayat-ayat apa yang diturunkan pada masing2
peristiwa itu. . sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan
umat Islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia,
meluruskan prilakunya, membentuk kepribadiaan dan menyempurnakan eksistensinya
sehingga jiwa itu tumbuh kokoh di atas pilar-pilar yang kokoh dan menghasilkan
buah yang baik bagi kebaikan umat manusia dengan izin Tuhannya. Dengan uraian
di atas kita ketahui bahwa tujuan pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Abu
Bakar adalah mengumpulkan Al-Qur’an
menjadi satu mushaf agar jangan sampai ada ayat atau kalimat yang hilang.
Sedang tujuan pembukuan Al-Qur’an pada masa Utsman adalah menyatukan kaum muslimin pada satu
macam Mushaf yang seragam tulisan dan ejaannya, penyeragaman sistem bacaan dan
tertib susunan surat-suratnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syadali,
Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an 1. Bandung : CV Pustaka Setia, 1997
Muhammad, Teungku.
2012. Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra
Husin Al-Munawar,
Said Agil. 2005. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat :
PT. Ciputat Press
Al-Qaththan, Syaikh
Manna’. 2011. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur : Pustaka
Al-Kausar
PERTANYAAN :
1.
Lutfi Risma Hanni:
Bentuk
penulisan Al-Qur’an pada jaman dulu apakah sudah ad titik atau harokat dan
siapa yang mengusulkannya?
Jawab: penulisan jaman dulu itu berbeda- beda tergantung
daerahnya,contohnya persia dengan tulisan yang berbeda pula,yang mengusulkan
para sahabat massa abu bakar.
2.
Khusnul Khotimah 222:
Dengan
cara yang bagaimana para sahabat menghafal Al-Qur’an jaman dulu?
Jawab: dengan cara penyampaian langsung kepada murid dari
guru ke murid,karena orang jaman dulu mudah sekali untuk menghafal.
3.
Khamid Baidowi:
Apa
keistimewaan Al-Qur’an dengan kitab lain?
Jawab:
a.
Al-Qur’an adalah mukjizat.
b.
Kebenaranya mutlak.
c.
Membacanya dianggap ibadah.
d.
Al-Qur’an ditulis sebelum nabi wafat sedangkan kitab lain
di tulis jauh setelah nabi.nya wafat.
e.
Isi dari Al-Qur’an masih terjaga sampai sekarang
sedangkan kitab lain sudah ada yang berubah isinya.
4.
Lia Aprilia:
Surat
yang diturunkan apa lagi,pada saat diselimuti khadijah?
Jawab: Tidak Ada, yang diturunkan cuman satu yaitu serat
Al-Alaq.
5.
Khusnul Hidayanti:
kalimat
tersebul itu bersambung apa tidak dengan kalimat yang berikutnya(beliau
diselimuti oleh khadijah) dan apa maknanya?
Jawab: Tidak, klimat kalimat tersebut terpotong kerena
untuk mempersingkat makalah. Maknanya adalah peristiwa turunya wahyu Al-Alaq.
6.
Khusnul Khotimah 220:
Bagaimana
cara turunnya Al-Qur’an?
Jawab: Allah menurunkan Al-Qur’an kepada rosul kita
muhammad saw. Turunya Al-Qur’an pertama kali pada lailatul qodr, turunya
Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahab.
[1] Teungku Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2012), hal. 1.
[2] Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki, ( Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), hal. 1.tidaklah mengharuskan
[3] Teungku Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
(Semarang: PT. Pustaka Riski Putra), hal. 41.
[5] Teungku Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), hal. 42-43 .
[6] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hal. 134-147.
[8] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi
Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kausar, 2011), hal. 161.
[9] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kausar, 2011), hal. 163.
0 komentar:
Posting Komentar