SURAT UNTUK COMRADE
Dari Kawanmu Ame’
Kawan !!! ini suratku untukmu. Ada banyak kabar yang ingin aku sampaikan, ada banyak cerita yang ingin ku ungkit kembali. Yang jelasnya negerimu, negeri ku, negeri kita masih saja di huni para pedebah, namun perjuanganmu, perjunganku, perjuangan kita masih juga berlanjut dan ku berjanji tak pernah terhenti. Kusadar kau telah tiada, dan ku berharap kau tenang di alam sana dengan mimpi-mimpimu saat kita bersama. kurasa rindu akan gumam perlawanan yang fasih keluar dari mulutmu, mulut yang sering berucap “anjing” di depan penguasa di kala aksi, kurasa rindu gertakan yang mengelegar di depan benteng para pedebah, kurasa rindu saat-saat kita belajar, berorganisasi, dan berjuang bersama, dan kurasa rindu genggaman lengan kirimu dikala menuntun kami menuju penghancuran tirani.
Kamu ingat tidak saat kita turun ke jalan meneriakkan perlawanan dan menuntut hak kaum tertindas, kaum proletar kota maupun desa. Ku yakin mereka bangga akan tindakan kita. Kamu ingat tidak saat kita mengisi otak kita dengan teori-teori para pendahulu, ku yakin para pendahulu juga merestui teorinya kita jadikan pedoman. Dan mungkin kamu tertawa jika mengingat peristiwa dimana kita divonis kafir oleh beberapa pihak yang memang tak sepaham dengan kita, dan sekali lagi aku yakin Tuhan justru berpihak kepada kita.
Panjang jalan yang telah kita lalui bersama, panjang kisah yang telah kita goreskan dalam sejarah, sejarah yang mungkin saja terlupakan atau bahkan memang untuk di lupakan dan di lenyapkan. Kawan !!! anak-anak dan orang tua semakin di perbudak di negerinya sendiri, anak-anak di racuni dengan paradigma dan teori-teori dari pedebah. Anak-anak dan generasi kita tumbuh dan di besarkan untuk menjadi robot dan penindas baru berkat polesan terhadap pendidikan di negeri kita yang tak lagi mampu memanusiakan manusia tapi justru menjadikan robot para manusia dan itu “made in Capitalism”. Orang tua kita di paksa menggarap tanah yang semakin sedikit kita jumpai karna keserakahan gedung-gedung yang banyak di huni oleh kaum munafik, orang tua kita di paksa bekerja di pabrik-pabrik yang kesehatan dan kesejahteraannya yang telah di coret dan tak terdapat lagi dalam diary para budak/buruh. Dan parahnya, upah yang mereka dapatkan sangat minim dan masih tak mampu menutupi semua kebutuhan hidupnya.
Saat kau mengetahui bahwa negeri kita masih dijajah, saat kau telah membaca ceritaku tentang ulah para pedebah tadi. Mungkin kamu ingin turun dari singga sanamu dan merasa marah serta geram akan semua bentuk penghisapan yang di lakukan “si tamu negeri” para pedebah bangsat !
kamu tak akan pernah terlupakan kawan, kamu akan tetap ada dalam hati kami, namamu akan terselip dalam lagu yang menjadi pengiring di kala kembali ke jalan, dan semangat mu yang merah berani membalut kami saat berhadapan dengan musuh-musuh rakyat. Aku ingin bertemu denganmu kawan seperjuanganku, aku ingin tertawa bersama denganmu, rasanya aku ingin menyusulmu menghadap Sang Mahkamah. Tapi jangan berfikir bahwa aku lelah dan menyerah jika aku berkata seperti ini. Justru aku yakin Sang Mahkamah tak akan memanggilku jikalau mimpi dan perjuangan kita selama ini tak bisa aku raih dan memberikan hasilnya kepada orang tua dan anak kita, aku tak akan menyusulmu sebelum bumi pertiwi terselamatkan dari racun pedebah! Dari racun kapitalisme yang kejam !
kau pernah mengatakan bahwa jika negerimu di huni oleh pedebah maka usirlah dengan Revolusi, jika tak mampu dengan revolusi dengan Demonstrasi, jika tak mampu dengan Demonstrasi, dengan diskusi. Tapi itulah selemah-lemahnya Iman dalam perjuangan !!!
Salam perjuangan !!!
Salam Internasionale !!!
Ame’ SajakTintahMerah
0 komentar:
Posting Komentar