SURAT AMPLOP BIRU
Cerpen Karya Ria Margati
Cerpen Karya Ria Margati
Entah ada apa dengan malam ini, mataku terus berdenyut-denyut disebelah
kiri, mataku tak dapat terpejam ditengah larutnya malam, lamunanku tidak
menentu, jantungku pun berdetak lebih cepat dari darah ku yang mengalir
lebih deras, aku seperti sedang diatas awan yang melambung tinggi
terbawa angin.
Aku mencoba memahami apa yang terjadi dimalam itu , setelah aku ikuti kata hatiku ternyata aku teringat seseorang yang jauh nan disana, jauh dari kelopak mata dialah Aiya, seseorang yang pernah singgah dihatiku dan telah pergi seperti debu diatas telapak tangan yang terhembus angin lalu terbang tidak tentu arah dan tidak tahu kemana arah itu .
Namaku adalah Arif seorang cowok yang selalu tersakiti dengan perasaan, sampai saat ini aku belum bisa melupakan bayangan itu, bayangan yang selalu hadir disetiap mimpiku, aku sangat membenci dia, tetapi entah mengapa semakin aku benci semakin dalam rasa sakit di hati ini.
Aku mencoba menghibur perasaanku dengan memutar MP3, tiba-tiba air mataku mentes dipipiku,” Dapatkah waktu kan memberi aku saat indah bersamamu mungkinkah aku kan mencintaimu disetiap hembus nafasmu.. sampai akhir hidupku” lagu dari The Titans itu yang membuat aku meneteskan air mataku untuk seseorang yang telah merusak hidupku.
6 bulan berlalu...
Aku sudah mulai terbiasa dengan kesendirianku dan sudah bisa melupakan seseorang, aku telah berjanji aku tidak akan pernah mengingat-mengingat tentang dia dan mendengarkan namanya dalam hidupku maupun dalam mimpiku.
Pukul 07.00 aku harus masuk sekolah, bersama motor tercinta yang selalu menemaniku kemanapun aku ingin perg dan kuparkirkan motorku diantara kumpulan sepeda dan motor yang berjejer dengan rapih. Berjalan didepan menuju pintu masuk kelas aku sudah melihat sahabatku. Rif, dia memanggilku, dia adalah Ozy sahabat terbaiku, yang selalu ada disaat aku butuhkan, selalu ada menemani hariku yang kesepian, aku dan Ozy selalu bersama-sama, aku menghampirinya. “Tumben kamu lebih awal datangnya dari pada aku Zy?”, panggilku, “tentu dong Rif, Ozy gitu”, ungkapnya. Kita pun masuk kelas menuju bangku dan mengikuti pelajaran seperti mana biasanya.
Pelajaran hari ini telah usai, aku dan Ozy keluar kelas menuju kantin. Kantin siang ini rasanya special karena hanya aku dan Ozy yang ada disana dengan banyak makanan yang enak dan lezat. Aku dan Ozy adalah siswa yang paling terkenal doyan makan dikantin tapi saat ini rasa napsu makanku terlihat berkurang, “aku makan dulu ya soalnya aku sudah laper banget nih, ga apa ya aku duluan?”, aku hanya tersenyum melihat Ozy.
Kami asyik mengobrol dikantin sampai makanan habis, tanpa melihat jam dan menunjukan pukul 14.00. Tiba-tiba Ozy menepuk bahuku, “Rif, aku lupa disuruh beli obat Asma untuk adikku, temani aku ya!” sembari tersenyum tanda mengiyakan.
Aku mencoba memahami apa yang terjadi dimalam itu , setelah aku ikuti kata hatiku ternyata aku teringat seseorang yang jauh nan disana, jauh dari kelopak mata dialah Aiya, seseorang yang pernah singgah dihatiku dan telah pergi seperti debu diatas telapak tangan yang terhembus angin lalu terbang tidak tentu arah dan tidak tahu kemana arah itu .
Namaku adalah Arif seorang cowok yang selalu tersakiti dengan perasaan, sampai saat ini aku belum bisa melupakan bayangan itu, bayangan yang selalu hadir disetiap mimpiku, aku sangat membenci dia, tetapi entah mengapa semakin aku benci semakin dalam rasa sakit di hati ini.
Aku mencoba menghibur perasaanku dengan memutar MP3, tiba-tiba air mataku mentes dipipiku,” Dapatkah waktu kan memberi aku saat indah bersamamu mungkinkah aku kan mencintaimu disetiap hembus nafasmu.. sampai akhir hidupku” lagu dari The Titans itu yang membuat aku meneteskan air mataku untuk seseorang yang telah merusak hidupku.
6 bulan berlalu...
Aku sudah mulai terbiasa dengan kesendirianku dan sudah bisa melupakan seseorang, aku telah berjanji aku tidak akan pernah mengingat-mengingat tentang dia dan mendengarkan namanya dalam hidupku maupun dalam mimpiku.
Pukul 07.00 aku harus masuk sekolah, bersama motor tercinta yang selalu menemaniku kemanapun aku ingin perg dan kuparkirkan motorku diantara kumpulan sepeda dan motor yang berjejer dengan rapih. Berjalan didepan menuju pintu masuk kelas aku sudah melihat sahabatku. Rif, dia memanggilku, dia adalah Ozy sahabat terbaiku, yang selalu ada disaat aku butuhkan, selalu ada menemani hariku yang kesepian, aku dan Ozy selalu bersama-sama, aku menghampirinya. “Tumben kamu lebih awal datangnya dari pada aku Zy?”, panggilku, “tentu dong Rif, Ozy gitu”, ungkapnya. Kita pun masuk kelas menuju bangku dan mengikuti pelajaran seperti mana biasanya.
Pelajaran hari ini telah usai, aku dan Ozy keluar kelas menuju kantin. Kantin siang ini rasanya special karena hanya aku dan Ozy yang ada disana dengan banyak makanan yang enak dan lezat. Aku dan Ozy adalah siswa yang paling terkenal doyan makan dikantin tapi saat ini rasa napsu makanku terlihat berkurang, “aku makan dulu ya soalnya aku sudah laper banget nih, ga apa ya aku duluan?”, aku hanya tersenyum melihat Ozy.
Kami asyik mengobrol dikantin sampai makanan habis, tanpa melihat jam dan menunjukan pukul 14.00. Tiba-tiba Ozy menepuk bahuku, “Rif, aku lupa disuruh beli obat Asma untuk adikku, temani aku ya!” sembari tersenyum tanda mengiyakan.
Aku dan Ozy beranjak dari tempat duduk menuju parkir motor dan berangkat ke Poliklinik. Sembari duduk menunggu Ozy dipanggil untuk membayar karena ramai. Tiba-tiba aku ingin berjalan-jalan disekitar rumah sakit, disaat aku berjalan aku melihat seorang ibu yang sedang menangis dan coba mendekat ternyata Ibu Puji ibu kandung Aiya. Rasa penasaranku “Assalammualaikum, bu” pada ibu Aiya, “waalaikumsalam, Arif” tiba-tiba memelukku “ibu kenapa?” keheranan “Ai...ya, Aiya sakit” dengan terbata-bata “Aiya, sakit apa bu?”. Sambil mengantarku masuk ke ruang ACU, betapa terkejutnya aku melihat Aiya terbaring lemas dengan selang-selang penopang hidupnya, tiba-tiba ibu “Aiya, sakit Jantung mungkin umurnya tak lama lagi” sambil memegang bahuku. Malam itu aku menginap di rumah sakit menemani Ibu Aiya.
Sebelum
tidur kami membisik“Selamat Ulang Tahun Aiya”aku dan ibu tidur di
samping Aiya, tiba-tiba tangan Aiya bergerak sebagai tanda bahwa dia
sudah sadar tepat pukul 12 malam. Semua orang berkumpul melihat Aiya
siuman dan memberikan sebuah kejutan untuknya sebagai hadiah Ulang
Tahunnya ke-17, kemudian Aiya menyuruh ku mengambil amplop biru di
lemari. Hanya 1 jam kami bersama dan belum sempat aku buka amplop itu,
tiba-tiba Aiya pingsan dan dokter menyuruh kami semua keluar dari kamar
dimana Aiya dirawat. Saat aku berdoa agar Aiya bisa sadar kembali
terdengar bisikan“Selamat Ulang Tahun Arif”suaranya terdengar mirip
dengan Aiya, karena Ultah Aiya 20 Juni berbeda 1 hari saja. Beberapa
saat kemudian dokter keluar dari kamar Aiya, maaf bu, kami telah
berusaha semaksimal mungkin tetapi Tuhan telah berkehendak lain, ibu dan
keluarga harus sabar ya ucap dokter itu kepada aku dan ibu Aiya juga
suadaranya yang telah berkumpul, suara tangisan tak terbendung lagi,
suasana berubah menjadi suasana kesedihan dan tangis di ruangan itu, aku
pun tidak sanggup lagi untuk melihatnya walaupun untuk yang terakhir
kalinya pada dia ditambah aku tidak kuasa melihat ibu Aiya yang telah
jatuh pingsan.
Setelah 3 hari pemakaman Aiya, aku mencoba membuka amplop biru pemberian Aiya untuk ku, setalah aku membukanya dengan tetesan air mata mengalir dipipiku.Aku melihat kalung berbentuk hati dan sepucuk surat,
“Assalamualaikum
Arif, sebelumnya aku minta maaf padamu, karena aku telah meninggalkan kamu tanpa ada kabar dan penjelasan yang jelas, karena aku tidak ingin melihat seseorang yang aku sayang dan aku cintai harus bersedih dan meneteskan air matanya hanya karena penyakit ku ini, aku pergi agar kamu bisa melupakan aku dan mencari penggantiku kau juga boleh membenciku, karena itu lebih baik daripada aku melihatmu kasihan dengan ku. Karena aku ingin melihat mu bahagia bersama orang lain yang lebih sempurna dari pada aku dan kalung ini aku berikan untuk mu dan penggantiku untukmu.
Wassalammualaikum.
AIYA
Cinta dan kasih sayang yang tulus akan selalu berjalan beriringan,karena timbulnya cinta dan saling jujur diantara kita karena adanya rasa sayang dan takut kehilangan satu sama lain. Kehilangan orang yang kita cintai dan sayang itu memang terasa sangat meyakitkan tetapi kehilangan itulah yang akan membuat kita lebih tegar dan lebih mengerti akan perasaan kita sendiri.
“ Move on. It’s just a chapter in the past.
But don’t close the book, just turn the page.”
Setelah 3 hari pemakaman Aiya, aku mencoba membuka amplop biru pemberian Aiya untuk ku, setalah aku membukanya dengan tetesan air mata mengalir dipipiku.Aku melihat kalung berbentuk hati dan sepucuk surat,
“Assalamualaikum
Arif, sebelumnya aku minta maaf padamu, karena aku telah meninggalkan kamu tanpa ada kabar dan penjelasan yang jelas, karena aku tidak ingin melihat seseorang yang aku sayang dan aku cintai harus bersedih dan meneteskan air matanya hanya karena penyakit ku ini, aku pergi agar kamu bisa melupakan aku dan mencari penggantiku kau juga boleh membenciku, karena itu lebih baik daripada aku melihatmu kasihan dengan ku. Karena aku ingin melihat mu bahagia bersama orang lain yang lebih sempurna dari pada aku dan kalung ini aku berikan untuk mu dan penggantiku untukmu.
Wassalammualaikum.
AIYA
Cinta dan kasih sayang yang tulus akan selalu berjalan beriringan,karena timbulnya cinta dan saling jujur diantara kita karena adanya rasa sayang dan takut kehilangan satu sama lain. Kehilangan orang yang kita cintai dan sayang itu memang terasa sangat meyakitkan tetapi kehilangan itulah yang akan membuat kita lebih tegar dan lebih mengerti akan perasaan kita sendiri.
“ Move on. It’s just a chapter in the past.
But don’t close the book, just turn the page.”
PROFIL PENULIS
Facebook Ria Margati Winx Club
Lahir Cilacap, 20 juni 1996
No. Urut : 1322
Tanggal Kirim : 19/04/2014 15:50:32
Lahir Cilacap, 20 juni 1996
No. Urut : 1322
Tanggal Kirim : 19/04/2014 15:50:32
0 komentar:
Posting Komentar